Teori atom mengalami perkembangan mulai dari
teori atom John Dalton, Joseph John Thomson, Ernest Rutherford, dan Niels
Henrik David Bohr. Perkembangan teori atom menunjukkan adanya perubahan konsep
susunan atom dan reaksi kimia antaratom.
Keterangan:
E = energi radiasi (Joule = J)
h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 ms-1)
l = panjang gelombang (m)
Keterangan:
A = 2,18 x 10-18 J
N = bilangan bulat yang menunjukkan orbit elektron (1, 2, 3, …, 8)
{Tanda negatif menunjukkan orbit mempunyai energi paling rendah (harga n = 1) dan paling tinggi (harga n = 8)}.
Kelemahan model atom yang dikemukakan Rutherford
disempurnakan oleh Niels Henrik David Bohr. Bohr mengemukakan
gagasannya tentang penggunaan tingkat energi elektron pada struktur atom. Model
ini kemudian dikenal dengan model atom Rutherford-Bohr. Tingkat energy elektron
digunakan untuk menerangkan terjadinya spektrum atom yang dihasilkan oleh atom
yang mengeluarkan energi berupa radiasi cahaya.
![]() |
Gambar : Spektrum emisi
natrium dan hidrogen dalam daerah yang dapat dilihat dengan spektrum yang
lengkap
|
Penjelasan mengenai radiasi cahaya juga telah
dikemukakan oleh Max Planck pada tahun 1900. Ia mengemukakan teori
kuantum yang menyatakan bahwa atom dapat memancarkan atau menyerap
energi hanya dalam jumlah tertentu (kuanta). Jumlah energi yang dipancarkan
atau diserap dalam bentuk radiasi elektromagnetik disebut kuantum.
Adapun besarnya kuantum dinyatakan dalam persamaan berikut:
Keterangan:
E = energi radiasi (Joule = J)
h = konstanta Planck (6,63 x 10-34 J.s)
c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3 x 108 ms-1)
l = panjang gelombang (m)
Dengan Teori Kuantum, kita dapat mengetahui besarnya radiasi
yang dipancarkan maupun yang diserap. Selain itu, Teori Kuantum juga bisa
digunakan untuk menjelaskan terjadinya spektrum atom. Perhatikan spektrum atom
hidrogen berikut.
Pada Gambar di atas dapat dilihat bahwa percikan
listrik masuk ke dalam tabung gelas yang mengandung gas hidrogen. Sinar yang
keluar dari atom H (setelah melalui celah) masuk ke dalam prisma, sehingga
sinar tersebut terbagi menjadi beberapa sinar yang membentuk garis spektrum.
Ketika sinar itu ditangkap oleh layar, empat garis yang panjang gelombangnya
tertera pada layar adalah bagian yang dapat dilihat dari spektrum gas hidrogen.
Salah satu alasan atom hidrogen digunakan sebagai model atom
Bohr adalah karena hidrogen mempunyai struktur atom yang paling sederhana (satu
proton dan satu elektron) dan menghasilkan spektrum paling sederhana. Model atom
hidrogen ini disebut solar system (sistem tata surya), di mana
electron dalam atom mengelilingi inti pada suatu orbit dengan bentuk, ukuran,
dan energi yang tetap. Semakin besar ukuran suatu orbit, semakin besar pula
energi elektronnya. Keadaan ini dipengaruhi oleh adanya gaya tarik-menarik
antara proton dan elektron. Dengan menggunakan model atom hidrogen, Bohr
menemukan persamaan energi elektron sebagai berikut.
A = 2,18 x 10-18 J
N = bilangan bulat yang menunjukkan orbit elektron (1, 2, 3, …, 8)
{Tanda negatif menunjukkan orbit mempunyai energi paling rendah (harga n = 1) dan paling tinggi (harga n = 8)}.
Pada atom hidrogen, elektron berada pada orbit
energi terendah (n = 1). Jika atom bereaksi, elektron akan bergerak menuju
orbit dengan energy yang lebih tinggi (n = 2, 3, atau 4). Pada saat atom berada
pada orbit dengan energi yang lebih tinggi, atom mempunyai sifat tidak stabil
yang menyebabkan elektron jatuh ke orbit yang memiliki energi lebih rendah.
Perpindahan tersebut menjadikan electron mengubah energinya dalam jumlah
tertentu. Besar energi tersebut sama dengan perbedaan energi antarkedua orbit
yang dilepaskan dalam bentuk foton dengan frekuensi tertentu.
Meskipun teori atom Niels Bohr mampu menerangkan
spektrum gas hidrogen dan spektrum atom berelektron tunggal (seperti He+ dan
Li2+), tetapi tidak mampu menerangkan spektrum atom berelektron
lebih dari satu. Oleh karena itu, dibutuhkan penjelasan lebih lanjut mengenai
gerak partikel (atom). Pada tahun 1924, ahli fisika dari Perancis bernama Louis
de Broglie mengemukakan bahwa partikel juga bersifat sebagai gelombang.
Dengan demikian, partikel mempunyai panjang gelombang yang dinyatakan dengan
persamaan berikut.
Keterangan:
l = panjang
gelombang (m)
h = tetapan Planck
(6,63 10-34 J.s)
p = momentum
(m2s-1)
m = massa
partikel (kg)
v =
kecepatan partikel (ms-1)
Berdasarkan persamaan de Broglie, diketahui bahwa
teori atom Bohr memiliki kelemahan. Kelemahan itu ada pada pernyataan Bohr yang
menyebutkan bahwa elektron bergerak mengelilingi inti atom pada lintasan
tertentu berbentuk lingkaran. Padahal, elektron yang bergerak mengelilingi inti
atom juga melakukan gerak gelombang. Gelombang tersebut tidak bergerak sesuai
garis, tetapi menyebar pada suatu daerah tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar